Penentuan Hilal Metode Sullamun Nayyirain

Dr. Sugeng Pribadi, ST., MDM
Firzy Gema Ramadhan

Penentuan hilal atau awal bulan baru (qamariyah) menjadi kajian penting bagi umat muslim di Indonesia karena berkaitan dengan penentuan waktu-waktu pelaksanaan ibadah ritual seperti Puasa Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Realitanya masih terjadi silang pendapat antara pemerintah dan ormas Islam dikarenakan perbedaan metode hisab dan rukyat yang dipergunakan. Di Indonesia sekurang-kurangnya ditemukan 26 metode hisab yang masih dipelajari sampai sekarang di pesantren-pesantren secara turun-temurun.

Salah satunya adalah Metode Sullamun Nayyirain di Lajnah Falakiyah Al Husiniyah, Cakung, Jakarta pimpinan KH. Muhammad Syafii bin Abdul Hamid Syafi’i. Metode ini menggunakan perhitungan sederhana dari posisi geosentris dan meminimalisir parameter penentu dari metode modern Ephemeris seperti waktu konjungsi (bulan baru), waktu terbenam matahari dan bulan serta derajat ketinggian hilal. Data Ephemiris yang lengkap meliputi informasi rinci Matahari dan Bulan untuk penentuan arah qiblat, waktu shalat, awal bulan Islam dan hisab gerhana. Syafi’i mengakui metodenya mengandalkan kekuatan visual, keterampilan dan pengalaman individu dalam observasi hilal mandiri. Beberapa patok kayu dipasang berjejer secara permanen menghadap barat dan timur dan teropong genggam dipergunakan untuk memperjelas posisi objek pengamatan (Gambar 1). Lajnah Cakung secara berkala telah membuat perhitungan matematis untuk pembuatan tabel hisab tahunan dan bulanan sehingga mampu membuat prediksi letak hilal setiap awal bulan. Namun demikian, pengamatan rukyat hilal secara langsung dan aktual tetap menjadi penentu penanggalan bulan Qomariah.

Observasi hilal Metode Sullamun Nayyirain di Lajnah Falakiyah Al Husiniyah, Cakung, Jakarta pimpinan KH. Muhammad Syafii bin Abdul Hamid Syafii . Metode ini merupakan perhitungan sederhana dari posisi geosentris dengan meminimalisir parameter penentu dari metode modern Ephemeris seperti waktu konjungsi (bulan baru), waktu terbenam matahari dan bulan serta derajat ketinggian hilal. Posisi Bulan berada di barat Laut dari posisi Matahari. Kondisi saat pengamatan setelah hujan mereda, langit tertutup awan tebal (Cumulunimbus). Pada pukul 17.58 WIB, lajnah berhasil melihat hilal pada arah tenggara secara visual. Hasil pengamatan diuji dengan aplikasi Accurate Times 5.3.9 yang menggunakan Metode Hisab Hakiki berdasarkan algoritma Variations Séculaires des Orbites Planétaires (VSOP) dan Ephemeride Lunaire Parisienne (ELP) dari laman Mohammad Odeh (2017) untuk posisi Matahari dan Bulan ternyata menunjukkan kesesuaian. Posisi hilal berada pada ketinggian 4,6° selama 17 menit pada saat waktu terbenam matahari 19 menit dan sudut elongasi (maksimum) 4,3° (Gambar 2). Di lokasi pengamatan Lajnah Cakung pada koordinat 106°55'56"BT, 6°9'42"LS, ditemukan pengurangan visibilitas atmosfer akibat polusi pabrik dan penguapan air laut sehingga berpengaruh pada efek pembiasan. Walaupun demikian pimpinan lajnah optimis bahwa gangguan visibilitas dan susunan gedung bertingkat di titik horison masih dalam kisaran ketinggian 1° sehingga pengamatan hilal masih dapat dilakukan.

Berdasarkan studi singkat ini, kami menyimpulkan bahwa Lajnah Cakung masih dapat dijadikan referensi pembanding dalam hal pengamatan hisab dan rukyat nasional. Lembaga ilmiah terkait perlu turut membantu pengembangan teknologi ilmu falakiyah sebagai khazanah bangsa. Penulis menyarankan pemanfaatan bersama antara sains ilmu falak konvensional dan modern perlu dilaksanakan untuk persatuan umat dan ketahanan bernegara.

Referensi:
Fauziah, A.N., Klasifikasi Sistem Hisab, IAIN Walisongo, 2014.
Odeh, M., International Astronomical Centre, Islamic Crescents’ Observation Project (ICOP), http://www.icoproject.org/accut.html?l=en, diunduh tanggal 28 Maret 2017.

Gambar 1. Penulis dan Kyai Syafi’i (mulai kedua dari kanan) bersama dengan tim melakukan observasi hilal mandiri menggunakan patok kayu.

Gambar 2. Hasil hisab Metode Hisab Hakiki dari laman International Astronomical Centre oleh Mohammad Odeh (2017) menunjukkan kesesuaian posisi hilal bulan baru pengamatan Lajnah Cakung tanggal 28 Maret 2017 berada pada ketinggian 4,6°


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metode Magnet Sebagai Prekursor Gempabumi

Install SAC

Download data IRIS Wilber orfeus II