Metode Magnet Sebagai Prekursor Gempabumi
Suaidi Ahadi, ST, MT1
& Dr. Sugeng Pribadi2
1
Peneliti BMKG & Kandidat Doktor Magnet Bumi ITB
2 Doktor Bidang Seismologi dan Tsunami
BMKG
Atmosfer
mempunyai sifat dinamis dalam hal pemantauan pergerakan bumi seperti pada
pengamatan iklim global. Ketika terjadi gempabumi, gaya stress batuan
memancarkan gelombang elektromagnetik dan sejumlah ion listrik saat melintasi
lapisan bumi atau dikenal dengan LAI (Lithosphere
Atmosphere Ionosphere) coupling
seperti pada Gambar 1. Perubahan densitas elektron di atmosfer dijadikan dasar
prekursor gempabumi menggunakan metode elektromagnetik (Kamogawa, 2006).
Sebelum
terjadinya gempabumi, batuan di kedalaman sumber mengalami peningkatan
gaya-gaya stress sampai akhirnya pecah sehingga menimbulkan pergeseran pada
bidang litosfer serta getaran di permukaan (Johnston, 2002). Efek gempabumi
juga mengakibatkan perubahan ion kemagnetan bumi atau dikenal dengan
piezomagnetisme.
Gambar 1. LAI
coupling menunjukkan stress gempabumi
menyebabkan perubahan elektron hingga ke ionosfer (Kamogawa, 2006)
Sinyal
elektromagnetik (EM) menunjukkan kenaikan signifikan secara kualitas dan
kuantitas pada saat sebelum dan sedang berlangsung gempabumi. Tanda-tandanya adalah
naiknya polaritas listrik di hiposenter yang disebut piezoelektrik. Fenomena ini bisa
terukur melalui frekuensi rendah ULF (Ultra
low Frequency, f<0.5 Hz). Induksi
magnet di permukaan menimbulkan juga kenaikan fluida. Ion-ion listrik yang
berkumpul memancarkan suhu tinggi sehingga menimbulkan penguapan air di
sekitarnya. Ketika gempabumi terjadi di sekitar subduksi di wilayah samudera,
uap air akan segera terkumpul membentuk kondensasi awan yang terkadang diiringi
sambaran petir. Beberapa saat sebelum Gempabumi Pembangkit Tsunami Pangandaran,
17 Juli 2006, orang-orang sekitar pantai Parangtritis Yogyakarta menyaksikan
awan konvektif di Laut Selatan Jawa.
Prekursor
atau tanda-tanda awal sebelum terjadinya gempa bumi, merupakan topik yang selalu
menarik diperbincangkan. Metode magnet bumi akhir-akhir ini telah memberikan
harapan baru dimana gempabumi berkekuatan besar (M>7) dapat memberikan hasil prekursor cukup menyakinkan (Gambar 2).
Perbedaan nilai magnet berjendela waktu tahunan menunjukkan selisih magnet
lebih besar 3 nT (Johnston, 2002). Tanda-tanda prekursor magnet dengan
frekuensi tinggi f>1 Hz ditemukan
juga pada gempabumi sedang (M>6)
menggunakan rekaman sensor jarak jauh. Walaupun demikian, pengamatan rekaman di
sekitar episenter akan memberikan prekursor magnetik lebih menyakinkan.
Gempabumi Chilie, 16 Mei 1960 (M=9,5)
memberikan tanda prekursor berupa munculnya puncak amplitudo gelombang pada
saat 15 menit sebelum gempabumi.
Gambar 2. (a)
Selisih sinyal magnet antara OCHM dan LSBM saat sebelum dan sesudah penghalusan
dengan jendela waktu bulanan senilai 2 nT. (b) Perbedaan nilai magnet berjendela
waktu tahunan menunjukkan selisih magnet lebih besar 3 nT dibandingkan
pengamatan bulanan (Johnston, 2002).
Selama empat tahun, BMKG telah
melakukan studi prekursor gempabumi menggunakan parameter magnet bumi. Hasil
yang diperoleh masih berupa pengenalan karakteristik sinyal magnet ketika
terjadi gempabumi. Prekursor Gempa Padang, 30 September 2009 (Mw=7,6) tampak lebih jelas pada
stasiun KTB (Kototabang, Padang) menggunakan sensor magnetometer (Gambar 3). Sinyal
KTB (garis merah) menunjukkan anomali signifikan ditandai dengan puncak
amplitudo lebih tinggi dibandingkan stasiun referensi DAV (Davao, Filipina -
garis biru) dan DAW (Darwin, Australia - garis hijau) (Ahadi dkk., 2014). Lebih
jelas lagi pada panel C dengan komponen pengamatan vertikal SZ pada stasiun KTB, prekursor
gempabumi ditandai dengan tiga
puncak gelombang magnet sebagai indikasi pelepasan ion-ion elektromagnetik.
Puncak gelombang pertama KTB sekitar tanggal 7 September 2009 dapat ditetapkan
sebagai onset time awal prekursor tepatnya
23
hari menjelang gempabumi utama. Puncak gelombang tertinggi (1,5 nT) dianggap
sebagai selisih nilai saat sebelum dan ketika gempabumi.
BMKG
dan Jepang melalui Universitas Kyushu, Nagoya dan Chiba telah melakukan riset seismic gap Mentawai dengan penambahan
enam magnetometer di wilayah Sumatera dan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Adapun
prekursor gempabumi menggunakan menggunakan satelit-GPS perlu dilakukan dengan
memanfaatkan gelombang frekuensi tinggi (VHF, Very High Frequency) di atmosfer.
BMKG telah bekerja sama dengan BIG dan NTU Singapura melalui SUGAR (Sumatran GPS Array) untuk prekursor
kegempaan Sumatera berdasarkan parameter TEC (Total Electro Contents) pada lapisan Ionosfer. Analisis TEC
terbukti dapat mendeteksi Gempabumi Aceh, 26 Desember 2004 menggunakan sinyal
TIDs (Tsunamis Ionospheric Disturbance) yang tercatat selama 10–20 menit bertepatan
dengan propagasi gelombang tsunami berkecepatan 700 km/jam (Liu dkk., 2006).
Metode
magnet telah memberikan sumbangsih berharga bagi prekursor gempabumi dengan
menunjukkan karakteristik gelombang saat onset-time.
Sekalipun demikian, penelitian ini masih belum memadai karena hanya terbatas
pada daerah Sumatera dengan batasan gempabumi berskala besar. Penambahan sensor
magnetometer dan jaringan GPS yang lebih luas mutlak diperlukan untuk meningkatkan
presisi prekursor di masa mendatang.
Referensi:
Ahadi, S, Puspito N.T, Saroso S.,
Ibrahim G., Siswoyo dan Suhariyadi (2014): Prekursor gempa bumi Padang berbasis
hasil analisis polarisasi power rasio dan fungsi transfer stasiun tunggal. Geomatika. On press.
Johnston, MJS., (2002): Electromagnetic
Field Generated by Earthquakes, International
Handbook of Earthquake and Eangineering Seismology (IASPEI), Academic
Press.
Kamogawa M., (2006): Preseismic
Lithosphere-Atmosphere-Ionosfer Coupling, EOS
Trans. American Geophysic Union.Vol.87.Issue 40.417-424. DOI:10.1029/2006EO400002.
Liu J-Y., Tsai Y-B, Ma K-f, Chen
Y-I,Tsai H-F, Lin C-H, Kamagawa M., dan Lee C-P (2006): Ionospheric GPS total
electron content (TEC) disturbances triggered by the 26 December 2004 Indian
Ocean tsunami. J. Geophys. Res., 111, A05303, doi:10.1029/2005JA011200.
tes
BalasHapustes
BalasHapusMakasih tulisannya pak, sangat membantu
BalasHapussama@
BalasHapusPak, terus menulis ya tentang gempa dan tsunami, soalnya menambah pemahaman kami yang berada di wilayah sering gempa dan pernah tsunami.
BalasHapusInformasi nya sangat jelas dan dapat menjadi pembelajaran yang mudah dipahami bagi pemula yang ingin belajar tentang prekursor, terima kasih Pak
BalasHapus