Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Characterization of Tsunamigenic Earthquake in Java Region Based on Seismic Wave Calculation

Gambar
Published in: http://scitation.aip.org/content/aip/proceeding/aipcp/10.1063/1.4868766 Sugeng Pribadi 1 ,  Afnimar 2 ,  Nanang T. Puspito 2  and  Gunawan Ibrahim 2 Abstract. This study is to characterize the source mechanism of tsunamigenic earthquake based on seismic wave calculation. The source parameter used are the ratio (Θ) between the radiated seismic energy (E) and seismic moment (Mo),moment magnitude (MW), rupture duration (To) and focal mechanism. These determine the types of tsunamigenic earthquake and tsunami earthquake. We calculate the formula using the teleseismic wave signal processing with the initial phase of P wave with bandpass filter 0.001 Hz to 5 Hz. The amount of station is 84 broadband seismometer with far distance of 30° to 90°. The 2 June 1994 Banyuwangi earthquake with MW=7.8 and the 17 July 2006 Pangandaran earthquake with MW=7.7 include the criteria as a tsunami earthquake which distributed about ratio Θ=-6.1, long rupture duration To>100 s and hig

Metode Magnet Sebagai Prekursor Gempabumi

Gambar
Suaidi Ahadi, ST, MT 1 & Dr. Sugeng Pribadi 2   1 Peneliti BMKG & Kandidat Doktor Magnet Bumi ITB 2 Doktor Bidang Seismologi dan Tsunami BMKG Atmosfer mempunyai sifat dinamis dalam hal pemantauan pergerakan bumi seperti pada pengamatan iklim global. Ketika terjadi gempabumi, gaya stress batuan memancarkan gelombang elektromagnetik dan sejumlah ion listrik saat melintasi lapisan bumi atau dikenal dengan LAI ( Lithosphere Atmosphere Ionosphere ) coupling seperti pada Gambar 1. Perubahan densitas elektron di atmosfer dijadikan dasar prekursor gempabumi menggunakan metode elektromagnetik (Kamogawa, 2006). Sebelum terjadinya gempabumi, batuan di kedalaman sumber mengalami peningkatan gaya-gaya stress sampai akhirnya pecah sehingga menimbulkan pergeseran pada bidang litosfer serta getaran di permukaan (Johnston, 2002). Efek gempabumi juga mengakibatkan perubahan ion kemagnetan bumi atau dikenal dengan piezomagnetisme.  Gambar 1.     LAI coupling menunjukkan

Gempabumi Pembangkit Tsunami di Indonesia (1991-2012) part1

Gambar

BERSYUKUR SAAT TURUN HUJAN

Gambar
Ilustrasi: Hujan lebat mengguyur Jakarta 2014 (sumber: www.solusinews.com) Beberapa waktu yang lalu, fenomena hujan lebat dengan intensitas tinggi mengakibatkan bencana banjir dan longsor di sejumlah daerah. Terkadang sebagian besar orang berkeluh-kesah mendapati hujan turun begitu lebatnya di musim ini. Semestinya sebagai seorang muslim perkataan yang dikeluarkannya adalah doa, “ A lahumma shayyiban naafi'a , Ya Allah jadikan hujan ini membawa manfaat -kebaikan." (HR. Al-Buhari) . Atau kita bisa juga berdoa agar keberadaan hujan tidak menimbulkan petaka. “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR. Bukhari). Walau susah bagaimanapun kita harus senantiasa optimis dan mensyukuri seluruh ciptaan Allah SWT, termasuk hujan. Apakah manfaat hujan sehingga kita harus senantiasa beryukur atas ciptaan-Nya ini ? Keberadaa